IBUKU ADALAH INSPIRASI MASA DEPANKU
IBUKU
ADALAH INSPIRASI MASA DEPANKU
Kita mengenal banyak
pahlawan wanita di Indonesia yang terkenal akan kehebatannya, ada Raden Dewi
Sartika dari Bandung yang terkenal akan rintisan sekolah Kautamaan Istri, ada
Raden Ajeng Kartini dari Jawa yang terkenal perjuangan akan pendidikan untuk
kaum perempuan yang juga terkenal dengan suratnya “Habis Gelap Terbitlah
Terang” Dan tetunya banyak lagi pahlawan- pahlawan wanita lainnya di negeri
tercinta Indonesia yang tidak kalah hebat.
Aku dan keluarga juga memiliki pahlawan wanita yang tidak
kalah hebat, memang beliau tidak terkenal se-Indonesia tetapi beliau adalah
orang hebat yang sudah berhasil membentuk anak anaknya menjadi hebat. Beliau
adalah Ibu kami, bernama Wari Winingsih,
Ibu terlahir di Cikokok (sekarang Kotamaju) Pasirjambu Kabupaten Bandung pada
1942, Ibu memiliki pengalaman pahit
berada di keluarga yang bercerai. Dari keadaan ini Ibu hidup berpindah
pindah karena harus bergilir tinggal sama ibu kandungnya dan terkadang
mengikuti ayahnya dengan istri istri barunya, yang tidak pernah lama karena
selalu dirasakan tidak cocok. Pengalaman hidup dengan berbagai karakter ibu
tiri ada yang baik, galak, atau macam macam masalah yang muncul ketika berumah
tangga dengan hadirnya anak bawaan. Kejadian ini menyebabkan Ibu hanya bersekolah
sampai di kelas dua alias tidak pernah lama bersekolah di suatu sekolah karena
harus berpindah. Sehingga pada akhirnya Ibu
tidak bisa menamatkan sekolah Rakyatnya (SR), sekarang disebut SD. Pengalaman
buruk ternyata membentuk watak ibu menjadi hebat, beliau punya prinsip- prinsip
hidup bijaksana, pola pikir matang dan terutama selalu memiliki Visi ke depan
yang hampir tidak dimiliki oleh Ibu- ibu lain terutama yang tidak
dilatarbelakangi pendidikan tinggi.
Diusia
15 tahun Ibu disunting oleh seorang laki- laki yang baik tetapi berasal dari
keluarga yang tergolong miskin tetapi Ibu malah merasa lebih bahagia setidaknya
Ibu tidak perlu berpindah pindah lagi karena tentunya sudah ada yang
bertanggungjawab akan hidupnya, ayahku kerja serabutan, istilahnya nafkah untuk
makan hari itu maka hari itu juga mencarinya. Tidak seperti orang lain yang
yang memiliki gaji bulanan atau bahkan tabungan. Tetapi meskipun keluargaku
miskin orang tuaku memiliki perhatian terhadap sekolah semua anaknya adalah
prioritas utama, itu sebabnya aku dan 5 saudaraku bisa bersekolah tinggi di
berbagai Universitas, 3 anaknya S-1, 1 anaknya S-2, dan 1 anaknya lulusan S- 3.
Padahal aku ingat betul demi menyekolahkan anaknya ibuku hampir setengah
berpuasa karena harus memberikan uangnya yang pas pasan untuk sekolah anaknya.
Dalam
kesempatan ini hanya sebagian cerita Ibuku yang aku contohkan tentunya yang
berkaitan dengan aku agar lebih gamlang kalau aku bercerita langsung tentang
bagaimana Ibu memberi inspirasi masa depanku.
Takdir Ku menjadi seorang PNS yang ternyata
itu merupakan cita- cita dan harapan Ibu ku dari awal aku disekolahkan, menjadi
PNS yang tentunya mempunyai perjalan penuh perjuangan mungkin seperti banyak
orang lain di luar sana atau juga hanya aku yang mengalaminya? Ntah lah yang
jelas ternyata hidup itu tidak mudah, banyak rintangan, banyak cobaan, tetapi
intinya adalah ”Ikhlas dan Tawaqal kepada Allah SWT” adalah cara “jitu” yang
bisa dilakukan karena hanya Allah yang memiliki segala galanya, hanya Allah
yang Maha kaya. Jika keyakinan itu ada dalam “diri” niscaya kita akan bisa
keluar dari kesulitan apapun. Menurut kita dua ditambah dua adalah empat tetapi
menurut Allah dua ditambah dua bisa seratus, seribu, semilyar atau bahkan
mungkin tidak ada alias nol.
Jika mengingat kebelakang Aku orang yang memiliki
kecerdasan biasa saja jika dibandingkan dengan lima saudaraku, mereka tergolong
anak yang pintar itu yang “Ibu ku bilang” dari sejak aku sekolah di sekolah
dasar. Ketika dijamanku bersekolah antara sekolah negeri dan sekolah swasta
jauh perbedaannya khususnya dalam jumlah biaya biasanya sekolah swasta lebih
mahal dibanding sekolah negeri. Tetapi takdir ku juga yang mendapat kesempatan
bersekolah di sekolah Negeri. Mungkin juga itu doa ibu ku yang selalu
mengingikan anaknya bersekolah di Negeri dengan alasan supaya bisa terjangkau
biayanya, bahkan suatu hari ibuku mengatakan aku harus memilih sekolah yang ada
di kampung ku saja dan atau tidak akan disekolahkan jika tidak diterima di
sekolah negeri, makanya aku berusaha keras untuk keluar dari kemampuanku dalam
akademik yang biasa saja berusaha menjadi siswa yang bisa memiliki nilai nilai
tinggi meskipun caranya ternyata tidak mudah karena aku harus rajin belajar.
1. Masa
SPG
Setelah lulus SMPN 1 Ciwidey tahun 1981
Aku mendaftarkan diri ke SPK Negeri Hasan Sadikin Bandung (sekolah Perawat
Kesehatan) tetapi baru juga dipendaftaran aku sudah dinyatakan tidak diterima
karena tinggi badanku kurang, aku semakin tidak mengerti harus kemana
melanjutkan sekolah, tetapi atas saran ibuku, aku harus mendaftarkan diri ke
SPG Negeri (Sekolah Pendidikan Guru) di Cimahi katanya mengikuti jejak kakak ku
yang ke 2.
Singkat ceritera aku diterima menjadi
siswa di SPGN 1 Cimahi, ada rasa bangga, haru, bahagia karena aku diterima,
karena pada waktu itu banyak juga dari temanku yang gagal sehingga ternyata
harus memilih melanjutkan ke SPG swasta. Karena Kota Cimahi memiliki jarak yang
cukup jauh dari kampungku maka aku mengontrak rumah kecil bersama beberapa
teman dengan alasan lebih murah kalau patungan. Sambil sekolah aku dimasukan
kursus Bahasa Inggris oleh ibuku, setiap pulang sekolah seminggu 3 kali aku
harus pergi kursus, waktu itu aku tidak paham kenapa harus kursus Bahasa
Inggris segala ? Aku kan calon guru SD, kenapa harus kursus Bahasa Inggris ?
kebingunganku beralasan karena pada waktu itu di Sekolah Dasar tidak ada
pelajaran Bahasa Inggris, meskipun nggan tapi aku memaksakan diri mengikuti
perintah ibuku. jadi aku kursus selama 3 tahun hampir sama dengan waktu sekolah
ku di SPG. Di Sekolah ini ternyata aku berubah, pikiranku mulai dewasa, aku
rajin menghapal pelajaran, bahkan sering aku menghapal padahal itu adalah dalam
tidur, kemampuanku mulai meningkat, nilaiku tinggi tinggi, bahkan rangkingku
terus meningkat dari kelas 1 sampai kelas 3 yang berubah setiap semester nya
dari rangking 10,9,5,4,3, dan terakhir rangking ke 1. Bahagianya hati ini
karena bisa memberi kebanggaan kepada orang tua ku terutama ibuku.
Ada kesedihan dari kesuksesan itu, tiba
tiba aku mendengar Pemerintah dengan Mentri barunya mengeluarkan kebijakan
bahwa lulusan SPG tidak akan diangkat menjadi guru SD karena yang jadi guru SD
haruslah minimal lulusan Diploma di Universitas sedangkan untuk mengikuti
seleksi tentunya memerlukan biaya tinggi dan di universitas haruslah memiliki
rata rata 7,5 untuk semua lulusan SPG sedangkan tidak dibatas nilai untuk
lulusan SMA. Sebenarnya bukan masalah rata rata nilainya yang menjadi
permasalahan ku tetapi adalah urusan biayanya yang menjadi pemikiran. Secara
manusiawi muncul rasa menyesalku masuk SPG jika tidak bisa jadi guru dan juga
susah melanjutkan ke Universitas. Siswa lulusan SPG juga ditolak ketika
mendaftarkan bekerja di pabrik sekali pun. Tapi penyesalan itu hanya sebentar
kalah dengan rasa ikhlas dan tawaqal ku pada Allah, kemudian aku bangkit untuk
mengikuti aturan pemerintah untuk melanjutkan pendidikan.
2. Masa
D2
Bermodal Nekad aku membeli formulir
Sipenmaru (nama masuk perguruan tinggi negeri tahun 1987), kenapa aku bilang
nekad karena Bapaku tidak setuju aku melanjutkan pendidikan dengan alasan tidak
ada biaya, tapi Ibu memotivasiku untuk tetap mendaftarkan diri kemudian aku
menjual gitar kesayanganku seharga formulir yang aku beli. Aku mendaftarkan
diri ke IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Bandung, Aku memilih
program Diploma dua dalam jurusan PKN, lagi lagi itu saran ibuku untuk memilih
D 2 supaya kuliahnya tidak lama dan cepat bekerja katanya.
Singkat ceritera aku diterima di jurusan
PKN D 2 Fakultas IPS IKIP Bandung, sama haru,bangga, bahagia muncul dalam
diriku karena aku bisa masuk Perguruan Tinggi Negri. Di IKIP aku belajar keras
juga, meskipun aku terpaksa tidak membeli buku pelajaran karena tidak ada uang
ibuku harus menabung untuk membayar SPP semesteran ku, aku ingat betul sering
diajak Ibu berdagang makanan asong ke pasar pasar, atau keliling family untuk
meminjam uang ketika sudah dekat waktunya membayar SPP, tetapi itu tidak
menjadi hambatan ku untuk terus melanjutkan pendidikan ku sampai aku
menyelesaikan kuliahku selama 2 tahun.
Pada tahun 1989 Lagi lagi muncul kebijakan
pemerintah bahwa Lulusan D2 tidak diangkat menjadi guru padahal tahun
sebelumnya baik baik saja, sedih, kecewa, marah yang ntah bisa marah dan protes
pada siapa. Muncul lagi rasa menyesal kenapa harus melanjutkan ke D2 ?
Lagi lagi keyakinanku pada Allah SWT
lebih tebal dari rasa kekecewaan manusiawi ku, Aku menganggap inilah jalanku
dan inilah takdirku. Sejak tahun ini aku memutuskan untuk mencari lowongan
pekerjaan dengan melamar ke SMP ku dulu yaitu SMPN 1 Ciwidey, Aku diterima
menjadi guru honorer tetapi menjadi guru Bahasa Inggris, barulah muncul jawaban
atas pertanyaanku dulu semasa SPG “kenapa harus kursus Bahasa Inggris?” Ibuku
ternyata hebat beliau tahu masa depanku meskipun beliau tidak berpendidikan
yang bahkan tidak tamat SR (Sekolah Rakyat), tapi ibuku selalu menjadi penunjuk
arahku. Sambil bekerja sedikit demi sedikit gaji ku ditabung dengan harapan
bisa melanjutkan pendidikanku, bagiku jadi guru adalah takdirku berarti aku
harus istiqomah meraih pendidikanku menjadi guru.
3. Masa
S 1
Dari tahun 1989-1993 aku menjadi guru
honorer di SMPN 1 Ciwidey, aku diwajibkan menabung oleh ibu dan setelah
tabunganku terkumpul meskipun sebenarnya tidak besar karena selain gaji honorku
tidak besar juga aku juga harus membantu orang tua ku menyekolahkan adik
bungsuku ke SMA. Aku masuk lagi ke IKIP Jurusan PKN S- 1. Dan sekali lagi aku
bisa kuliah di Negeri. Aku masuk kelas regular dikarenakan tidak tersedia kelas
karyawan, dengan terpaksa aku mengundurkan diri dari menjadi guru honor di SMPN
1 Ciwidey karena waktu yang tidak memungkinkan. Dengan biaya yang tentunya
semakin besar karena biaya kuliahku serta masih harus membiayai adik bungsuku,
aku harus mencari pekerjaan baru. Memang tidak mudah mencari pekerjaan yang
bisa menerima mahasiswa regular yang hanya memiliki waktu luang hanya di sore
hari serta hari libur Sabtu dan Minggu saja, tapi pada akhirnya rejeqi datang
menghampiriku ada orang baik yang mau menerimaku, sambil kuliah aku bekerja di
sebuah pengobatan tradisional sebagai resepsionis sekaligus assisten Tabibnya ,
aku berusaha ikhlas menerima semua takdirku karena aku yakin bahwa Allah
bersama ku, buktinya tiba-tiba tempat pengobatan itu terkenal keseluruh pelosok
negri dan bahkan banyak pasein yang datang dari luar negri, aku selalu menerima
tamu dari semua kalangan dengan cara yang sama tanpa membeda- bedakan mereka,
aku selalu menganggap semua orang harus diperlakukan sebaik mungkin, meskipun
aku hanya memiliki waktu sedikit untuk bekerja di tempat itu, tetap saja aku
disayangi oleh yang punya pengobatan itu, tidak sedikitpun mereka mau memecatku
bahkan mereka mendukung penuh pendidikan ku dengan mengijinkan ku menomor
duakan pekerjaanku. Subhanallah Aku berpikir semua karena Allah SWT.
Akhirnya aku bisa menyelesaikan S-1 ku
meskipun berbagai kesulitan banyak menghampiriku, aku berpikir itulah hidup
yang memang perlu perjuangan. Aku lulus S- 1 tahun 1998, rasanya plong karena
mimpi jadi guru PNS semakin dekat. Lagi lagi kebijakan pemerintah membuat ku
sedih dan kecewa, tiba tiba muncul peraturan bahwa yang diterima seleksi PNS
adalah harus lulusan 1997 dan tidak untuk lulusan 1998. Aku berusaha
instrokpeksi diri tentang apa yang salah yang sudah aku lakukan ? Apakah ini
karena Allah sedang menguji kesabaranku ? Apakah keikhlasan yang aku lakukan
dalam menerima takdir hidup selama ini bukanlah keikhlasan yang sebenarnya ?
Terus dan terus aku bertanya pada diri yang memang tidak ada jawabannya.
Ada beberapa temanku yang bisa daftar
dan diterima menjadi PNS meskipun dengan berbagai cara “kotor” tetapi beberapa
dari mereka ditempatkan diberbagai pelosok jauh dari kampung halaman. Aku
mengatakan pada ibuku kalau aku harus punya uang banyak supaya bisa menjadi
guru PNS dengan meniru gaya “kotor” nya mereka. Ibuku dengan kepolosnya
mengatakan kalau aku akan menjadi guru PNS tanpa cara “kotor” atau cara salah,
mungkin ini bukan saatnya tapi yakinlah suatu hari ketika keadaan menjadi baik.
Hampir tidak aku percaya omongan ibuku karena rasanya tidak mungkin.
Kalau dikaji dari awal munculah berbagai
kata kata bijaksana, bahwa orang yang start duluan belum tentu sampai finish
duluan, kedua, ketika guru PNS aku ibaratkan sebuah kereta, bahwa Aku selalu
mengejar kereta tetapi ketika sampai stasiun maka kereta selalu berangkat dan susah
untuk dikejar.
4. Masa sekarang
Ternyata omongan ibuku kenyataan pada
tahun 2008, aku diangkat menjadi Guru PNS dengan gampang alias tanpa cara
“kotor” karena sebelumnya (pada tahun 2003) aku mengikuti seleksi Guru Bantu
dan diangkat oleh Surat Keputusan Mendiknas. Mulai saat itu aku menetapkan diri
untuk menjadi guru PNS yang lebih baik dari biasanya, aku menetapkan diri untuk
menjadi guru yang tidak hanya bagus dalam mengajar tetapi juga harus menjadi
panutan dari siswa siwiku karena aku bisa menjadi tauladan untuk mereka. Aku
selalu dan selalu membuat diriku berkembang dengan berbagai ilmu yang aku
pelajari.
Pengaruh ibuku selalu ada dalam diriku,
beliau adalah sosok wanita luar biasa, yang tidak hanya bisa membesarkan
anak-anaknya tetapi mendidik dan mengarahkan jalan untuk anak-anaknya melangkah.
Beliau adalah sinar kehidupan yang selalu memiliki energy yang sama untuk
setiap anaknya. Aku yakin Ibuku adalah mutiara indah yang dikirim Allah ke muka
bumi ini. Semoga Aku dan bahkan banyak wanita Indonesia bisa menjadi tegar dan
tangguh seperti beliau. Sekian. Penulis,
About
the author,
Nama lengkap Deti
Jubaedah,S.Pd.,M.M.Pd lahir di Bandung, 10 Januari 1968. Penulis memulai
Sekolah Dasar Cihanjawar 1 tahun 1975-
1981, SMPN 1 Ciwidey tahun 1981 – 1984, SPGN Cimahi tahun 1984- 1987, Mengikuti
Kursus Bahasa Inggris di PQUC Cimindi tahun 1984-1987,D2 IKIP Bandung tahun
1987-1989, S1 IKIP Bandung 1993-1997, S2 Manajemen Pendidikan Uninus Bandung
pada tahun 2009- 2011.
Menjadi Guru Honorer di SMPN
1 Ciwidey tahun 1989-1993, menjadi Guru Bantu Pusat tahun 2003- 2008, diangkat
PNS tahun 2008- sampai sekarang.
Mengikuti Seleksi Training
Teacher Management Development Provinsi Jawa Barat tahun 2013 dan berhasil
berangkat magang ke Adelaide Australia Selatan. Menjadi Pionir WJLRC tahun 2014
dan dalam waktu yang bersamaan menjadi Manager LRCKB untuk Gugus 2 dan 3
tingkat SMP tahun 2014, menjadi Manager LRCKB Gugus 3 tingkat SMP tahun 2015-
sekarang, Penggerak WJLRC 2016- sekarang, Menjadi koordinator web WJLRC untuk
Kabupaten Bandung. Menjadi konsultan Sekolah Literasi Indonesia (SLI)
Bandung, September 2017
Penulis
👍👍👍👍👍 Mantep bu
BalasHapusKunjungi blog abdi bu nurdiansyahweb.wordpress.com dari smp PIB Pasirjambu